- Rende KEE GBKP No. 292:1,3
- Manusia enggo erdosa, meluat mekelesa. Pusuh labo lit damena, ‘disirang ras Dibata. Begikenlah pendiloNa, ikutkenlah kataNa. Geluh pelimbaruiNa, rembak kita ras Ia.
- Di kita la mediate man teman ras jabunta. I j ape la malem ate dirang ras Dibata. Begikenlah pendiloNa, usih perbahanenNa. Sampati turang senina, dame senang ukurta.
- Ertoto
- Ngoge Kata Dibata Kejadian 3 : 12 – 13.
“ Erjabab dilaki e nina, “Diberu siitamakenNdu ras aku i jenda kap merekenca man bangku, e maka ku pan.” Isungkun TUHAN DIbata ka si diberu nina, “Engkai maka bage perbahanenndu?” Erjabab diberu ndai, “Nipe si ngajar-ngajar aku maka ku pan.”
Renungen.
Allah menciptkan manusia sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial, maka untuk menghadapi perjuangan hidupnya, manusia membutuhkan relasi dengan manusia lainnya. Namun demikian, ketika manusia menghadapi persoalan dalam hidupnya, manusia sering mengorbankan relasi itu demi membela dirinya. Ada kebiasaan dalam diri manusia untuk tidak mau menanggung sendirian kesalahan dan akibat kesalahannya. Dia merasa bahwa kesalahan yang dia lakukan disebabkan oleh orang lain, sehingga akibatnya juga harus ditanggung orang lain juga.
Bacaan ini memperlihatkan peristiwa yang terjadi di taman Eden. Ketika Allah memberikan perempuan itu sebagai penolong hidupnya, laki-laki itu mengatakan, “ Nina manusia e, “Enda nge maka enggo payo; Tulanna i bas tulanku nari, janah jukutna i bas jukutku nari. “Diberu’ gelarna perbahan ia ibuat i bas dilaki nari”(Kejadin 2:23). Namun ketika laki-laki dan perempuan itu telah memakan buah yang dilarang Allah untuk dimakan, maka laki-laki menyalahkan perempuan dan perempuan menyalahkan ular sebagai penyebab mereka melakukan yang dilarang Allah.
Menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kita lakukan merupakan kelemahan dalam memperjuangkan hidup kita. Hal ini kita sebut kelemahan karena seakan-akan kita mengganggap Allah tidak dapat melihat dan mengambil keputusan atas kesalahan yang kita lakukan. Dengan menyalahkan orang lain berarti kita menyerahkan hidup kita kepada keadaan atau tindakan orang lain. Dalam hidup kita, kita-lah yang mengambil keputusan atas hidup kita. Karena kita yang mengambil keputusan, maka tanggungjawab sepenuhnya ada pada diri kita. Dengan menyalahkan salah seorang dalam rumah tangga kita sebagai penyebab kesalahan kita maka hal itu akan melukai perasaan anggota keluarga kita tersebut. Ada perasaan tidak enak dan akhirnya dapat membuat jarak di antara se isi keluarga itu. Kebahagiaan yang kita perjuangan untuk keluarga itu akhirnya menjadi perasaan tidak nyaman karena menyalahkan orang lain sebagai penyebab kesalahan kita. Seperti yang tertulis dalam Amsal 28:13, “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” Kebahagian keluarga kita juga ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengakui dan meninggalkan pelanggaran kita. Amin.
- Ertoto kenca renungen
- Rende KEE GBKP No. 200:1,2
- O Tuhan babai min dalanku bas doni, labuh ras la kesah gegehku. SoraNdu terbegi man bangku nemani. Lalap Kam me kuban temanku.
- O Tuhan sampatlah geluhku gundari. Ola Kam erleka bas aku. Kawali geluhku suari ras berngi, lalap Kam me kuban temanku
- Pertoton syafaat ras pertoton Tuhan.
Pdt. Tanda Pinem
GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan