- Rende KEE GBKP No. 367:1,3.
- Kam Tuhan Dibata, Si Mada kuasa, si ‘ngkelini k’rina doni enda. Badia gelarNdu mulia me tuhu. Kupuji gelarNdu bas geluhku. Kam Tuhan Dibata, Si Mada kuasa, si ngkelini k’rina doni enda.
- Kam Tuhan Dibata Si Mada kuasa, si petetap ukur kami k’rina. Ajar kami nembah ras muji gelarNdu. ‘Lah metunggung ibas adepenNdu. Kam Tuhan Dibata si mada kuasa, si mpetetap ukur kami k’rina.
- Ertoto
- Ngoge Kata Dibata Pengerana 11 : 7
“ Sinalsal matawari erbahan meriah ate, seh kal senangna kune ngasup kita ngenanamisa.”
Pengkotbah 11 : 7
“Terang itu menyenangkan dan melihat matahari itu baik bagi mata;”
Renungan
Para buruh tanam ini harus mengerjakan pekerjaannya di bawah terik matahari. Para buruh tanam harus menghadapi panasnya terik matahari di punggung, meletihkan pinggang, sedangkan kaki dan tangan terendam air. Sungguh situasi yang berat. Para buruh tanam ini tidak bisa menghindari terik matahari ini. Sampai saat ini, belum memungkinkan bekerja di malam hari untuk menghindari terik matahari yang menyengat ketika bekerja. Namun demikian, para buruh tani ini harus terus bekerja. Inilah gambaran kehidupan kita, berat tapi tidak dapat dihindarkan. Bagaimana kita memandang hidup yang berat ini agar kita tetap dapat terus menjalaninya ?
Bacaan Firman Tuhan yang menjadi renungan malam hari ini mengingatkan kita tentang merasakan dan menikmati terang matahari. Mungkin saja, merasakan terang matahari bukanlah hal yang luar biasa lagi bagi kita. Kita sudah terbiasa dengan terang matahari. Di tunggu atau tidak di tunggu, disadari atau tidak disadari, jam 06.00 WIB kita sudah bisa merasakan terang matahari. Karena begitu biasanya, mungkin kita tidak lagi memperhatikannya. Namun demikian, Kitab Pengkotbah ini mengajak kita untuk merenungkan makna kita masih dapat merasakan terang. Dalam hal ini, Pengkotbah membandingkan merasakan terang dengan misteriusnya hidup ini. Kita harus bekerja lebih banyak lagi, membuka sebanyak mungkin peluang, bahkan pada saat yang belum pasti sekalipun, kita pun harus memulai pekerjaan kita, karena kita mengetahui kemalangan apa yang dapat terjadi. “Berikanlah bahagian kepada tujuh, bahkan kepada delapan orang, karena engkau tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi.” (Pengkotbah11:2) Demikian juga kita tidak mengetahui pekerjaan yang mana yang akan membuatkan hasil. Kata Dibata ibas Pengerana 11:5-6, nina, “Kai pe Dibata si njadikenca janah la terantusi pe. La iangkandu PerbahanenNa. Bagi la iangkandu pemenan kegeluhen ibas bertin. Tupung erpagi-pagi arus kam merdang bage ka lah perbahanenndu tupung berngi. Sabab la sieteh apai si mehulina perturahna, banci jadi duana mehuli perturahna.” Demikianlah kita tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi, keberhasilan atau kegagalan dalam hidup kita. Dalam situasi yang seperti, ketika kita masih dapat merasakan terang matahari berarti masih ada kehidupan bagi kita. Kita masih dapat merasakan hal-hal baik dalam kehidupan kita. Melihat orang-orang terkasih, berbagi kasih dengan orang terdekat, tertawa bersama orang-orang terkasih dan banyak hal baik lainnya. Oleh karena itu mengucap syukurlah ketika kita masih bisa merasakan terang matahari. Inilah maknanya ungkapan, “Senangna kune ngasup kita ngenanamisa”.
Berat memang perjuangan hidup kita, tetapi Tuhan Allah tetap memberikan kepada kita kesempatan merasakan terang matahari. Oleh karena itu, selagi kita masih bisa merasakan terang matahari, nikmatilah hidup dan bergembiralah. Tuhan memberkati dan memampukan kita untuk menikmati kehidupan kita. Amin.
- Ertoto kenca renungen.
- Rende KEE GBKP No. 331:1,2.
- Tegu aku anakNdu, bas perdalan geluhku. ‘Di paksa aku labuh, ambatilah musuhku. Tegu aku, ibas perdalanenku. Kam ngenca ku lebuh, cikepNdu tanku enteguh.
- Kam bentengku si paguh, gia musuhku ngupuh. Amin mara reh nderpa, la aku bera-bera. Tegu aku, ibas perdalanenku. Kam ngenca ku lebuh, cikepNdu tanku enteguh.
- Pertoton syafaat ras pertoton Tuhan.
Pdt. Tanda Pinem
GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan