- Rende KEE GBKP No.324:1,2.
- Tuhan kap penalemenku, IA si njayam geluhku. IA kap pe sekawalku la nggo kekurangen aku. Tuhan si mada si nasa. Tuhan saja si pehaga. Muliakenlah gelarNa, mari puji sembah IA.
- Kune jumpa si mesera, kiniteken labo pera. Tetap aku sampatiNa, k’leng ateNa la erleka. Tuhan si mada si nasa…
- Ertoto
- Ngoge Kata Dibata Jeremia 18 : 4
“ Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.”
Renungan
Di dalam bacaan renungan malam hari ini, Allah menyuruh Nabi Jerima melihat pekerjaan tukang periuk tanah liat. Allah ingin menjelaskan perbuatanNya dengan memakai gambaran tukang periuk tanah liat. Tuhan Allah mengatakan, “ Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.”
Ada 4 hal yang dapat kita bayangkan dari gambaran tukang periuk ini.
Pertama dan kedua, terkadang kita tidak mengetahu bahwa hidup kita telah “rusak’ dan sedang “dikerjakan” kembali. Terkadang memang kita tdak lagi menyadari bahwa apa yang kita lakukan itu tidak benar dan tidak baik dihadapan Allah. Hal ini terjadi karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan dalam hidup kita. Perbuatan salah yang dibiasakan lama kelamaan akan menjadi pembenaran dalam diri orang itu. Dan manakala hal itu telah berubah menjadi penderitaan, kita merasakan ketidakpedulian Allah, kurangnya kasih Allah dalam hidup kita. Misalnya, perkataan kasar yang kita katakan, lama kelamaan menjadi kebiasaan dalam hidup kita. Kita sudah terbiasa berkata kasar terhadap orang lain tidak lagi merasakan hal itu tidak baik. Lalu pada satu peristiwa, ada orang yang membalas perkataan itu dan kita merasa sangat tersakiti. Lalu kita mengeluh kepada Allah, mengapa Allah membiarkan orang lain itu menyakiti kita ? Dapat saja, Allah mempergunakan penderitaan sebagai alat untuk “mengerjakan kembali” kehidupan kita.
Ketiga, gambaran tukang periuk memperlihatkan bahwa Tuhan berkuasa atas hidup kita. Tukang periuk memilih tanah liat, membentuknya dan mengukirnya menjadi periuk yang sesuai dengan kehendaknya. Demikian Allah memilih kita dan membentuk kita sesuai dengan kehendak Allah. Keempat, Tuhan “mengerjakan kembali” hidup kita agar hidup kita lebih baik lagi menurut pandangan Allah. Tuhan berkuasa atas hidup kita dan Tuhan mempunyai rancangan terbaik bagi kita.
Keadaan inilah yang harus senantiasa kita ingat dalam kehidupan kita. Tuhan berkuasa atas hidup kita dan Tuhan “mengerjakan kembai” hidup kita menjadi lebih baik lagi. Seperti contoh diatas, perasaan tersakiti dapat saja menyadarkan kita tentang perasan orang lain yang tersakiti. Oleh karena itu kita memohon pertolongan Allah untuk terus menyadarkan kita akan perbuatan apa yang kita lakukan. Kita berserah kepada “perbaikan” yang dilakukan Tuhan dalam kehidupan kita. Seperti ungkapan dalam Jesaya 64 : 8, “Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.” Kita berserah dan yakin bahwa Allah tetap mengasihi kita. Dia yang membentuk kita menjadi pribadi yang hidup layak dan berkenan kepada Allah.
Tuhan memberkati kita. Amin.
- Ertoto kenca renungen.
- Rende KEE GBKP No. 423:1,2
- Kam nebusi aku Tuhan, Kam si peteneng tendingku. Tendi si ndube tertaban, tegulah kuadepenNdu. Malem kal ateku Bapa, ban keleng ateNdu. Kupuji gelarNdu Bapa, mulia gelarNdu. TeguNdulah aku Tuhan, ibas pusuhku Kam ringan. PetetapNdu aku Tuhan, ‘lah dosa talu me kuban.
- Kam ngalemi aku Tuhan, Kam simpepalem pusuhku. Pusuh si megati nogan, mbaru perbahan kelengNdu. Malem kal ateku Bapa…
- Pertoton syafaat ras pertoton Tuhan.
Pdt. Tanda Pinem
GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan