- Rende KEE GBKP No. 368:1,2
- Si puji Tuhan Dibatanta, kataken bujur baNa. Sabab Ia si merekenca, pasu-pasu man banta. Mbelin ras mulia kekelengen Tuhan ibas doni enda. Ajari o Tuhan kami k’rina anakNdu, naksiken kerina perbahanenNdu.
- Geluh kami meriah tuhu, k’rina si k’rajangenNdu. Sabab kalak si nembah baNdu datken pasu-pasuNdu. Mbelin ras mulia kekelengen Tuhan ibas doni enda. Ajari o Tuhan kami k’rina anakNdu, naksiken kerina perbahanenNdu.
- Ertoto
- Ngoge Kata Dibata Pengkotbah 1:5-8
“Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali. Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu. Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.
Renungan
Kita mengejar impian kita dengan sekuat tenaga. Banyak yang kita korbankan demi tercapainya impian kita tersebut. Lalu kita berhasil dan mendapatkan sukacita itu. Tentunya ada kebahagiaan besar karena keberhasilan kita. Berhari-hari kita menikmati kebahagiaan itu, minggu seminggu atau dua minggu. Lalu setelah itu, kebahagiaan itu mulai menyusut nikmat bahagianya. Dan terlebih lagi, bila kita diperhadapkan dengan permasalahan lain, maka bisa jadi hilanglah rasa bahagia itu. Kita lupa rasanya bahagia, karena sekarang kita sibuk memikirkan masalah kita dan mencoba mengejar kebahagiaan lagi. Sepertinya, hidup tidak pernah selesai-selesai; selalu mengejar kebahagiaan, kebahagiaan di dapat, kebahagian berlalu, mengejar kebahagiaan lagi. Apabila seperti ini cara kita memahami kehidupan ini, tentunya kehidupan ini sangat membosankan.
Hal inilah yang diungkapkan Pengkotbah ini. Pengkotbah menunjukkan ada orang yang memahami kehidupan ini membosankan. Seperti perjalanan matahari yang terus menerus, tidak henti-hentinya, perjalanan angin yang berputar-putar dan aliran air ke laut yang tidak tidak pernah berhenti tetapi laut tidak menjadi penuh. Demikianlah perjalan kehidupan manusia. Pekerjaan manusia tidak pernah selesai-selesai, tetapi manusia tidak pernah mampu melengkapi semua kebutuhannya dan mempertahankan semua yang ada pada dirinya. Manusia tidak pernah puas, tidak pernah kenyang. Artinya, manusia hanya “pernah” puas dan kenyang, tetapi manusia tidak pernah puas dan kenyang selama-lamanya. Setelah manusia puas dan kenyang, maka manusia butuh dan lapar lagi. Demikian terus menerus kehidupan manusia, tiada hentinya, sampai benar-benar berhenti.
Dari yang diungkapkan Pengkhotbah ini, kita dapat belajar beberapa hal :
- Jangan menyesali kehidupan yang ada dan menggerutu dengan perjuangan yang harus kita jalani. Memang perjuangan manusia tiada hentinya. La padah ninta, “latih nari nggeluh enda”. Kita bisa menerimanya, “nggeluh latih kin.” Dengan demikian kita mampu menghargai kehidupan yang ada.
- Kita tahu bahwa diri kita bisa saja mengalami kebosanan. Dengan demikian, kita diingatkan untuk mampu mengelola kebosanan itu sehingga kebosanan itu tidak menjerumuskan kita kepada perbuatan-perbuatan yang justru membuat kita tidak dapat menikmati kebahagiaan lebih lama lagi. “Mesera kentisik la ngasup piah dungna terpaksa mesera rasa lalap.” Misalnya ada orang yang menghilangkan kebosanan dengan minum-minuman keras atau narkoba yang pada gilirannya akan membuat dia sakit, mengalami ketergantungan dan penderitaan yang berkepanjangan.
- Kita semakin mencintai kehidupan kita dan menikmati kebahagian, selagi ada kesempatan untuk berbahagia. Di dalam Pengkhotbah 2: 24-25, dikatakan, “Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah. Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?”
Akibat pandemi ini, bisa jadi hidup kita dalam situasi sulit dan menjemukan. Namun demikian, kesulitan dan kebosanan itu jangan membuat kita kehilangan kesetian iman dan daya juang kita. Di dalam situasi yang seperti sekarang ini, mari kita jalani kehidupan dengan tetap menghargai kehidupan yang diberikan Allah kepada kita, mengelola kebosanan kita dengan benar dan menikmati setiap kesempatan yang ada untuk berbahagia. Tuhan Allah memberi kita hikmat untuk menjalani kehidupan kita. Amin.
- Ertoto kenca renungen.
- Rende KEE GBKP No. 399:1,2
- Mari surak puji Tuhan endeken nde enden m’riah, o surga doni kerina. Mari rende muji Ia alu ukur si meriah, puji gelarNa si Badia. La ‘ngadi-ngadi ku puji Kam Tuhan, bas k’rina dampar kegeluhen. Ersurak m’riah, pusuhku ibas Kam. Terpuji Tuhan rasa lalap.
- Mari k’rina manusia si puji dage Dibata, rendelah ersuraklah kita k’rina. Ersadalah ukurta e mujiken gelar Dibata, ersurak dage kita k’rian. La ‘ngadi-ngadi …
- Pertoton syafaat ras pertoton Tuhan.
Pdt. Tanda Pinem
GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan