Renungan Malam 13 Juni 2020

  1. Rende KEE GBKP No. 424:1,2,
    1. Ipuji kami Kam, Dibata si mbelin, alu ende-enden si meriah. Suari ras berngi, kawali kami min segelah la celus bas percuban. Sanggap kap kalak si ‘rnalem baNdu e, daten tuah ras kesenangen pe. Sanggap kap kalak si ‘rnalem baNdu e, daten tuah ras kesenangen pe.
    2. Dibata sajalah tetap si man pujin, endeskenlah g’luhta man baNa min. Tetap Ia si mperdiateken kita min, kelengNa man banta la erkerin. Sanggap kap kalak …
  2. Berdoa sebelum Pembacaan Firman Tuhan
  3. Pengogen Kata Dibata Jop 2:10
    “ Erjabab Jop nina, “ Si sea-sea kuakap cakapndu e pe ! Adi ibereken Dibata si mehuli meriah siakap. Uga banci kita jungut-jungut adi iberekenNa kiniseran banta?” Ibas si e kerina, aminna gia Jop ibas kiniseran, la lit ibelaskenna cakap si la mehuli kerna Dibata”.
    Renungan
    Saat ini kita sungguh-sungguh dapat memahami arti “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya”(Pengkotbah3:1). Kita tidak pernah membayangkan situasi hidup seperti saat ini. Kemarin, kita merasa bebas beraktivitas di luar rumah tanpa merasa ada ancaman terhadap kesehatan kita. Saat ini, aktivitas di luar rumah hanya untuk hal-hal yang benar-benar perlu, sebab ada ancaman yang tidak kita ketahui dari mana datangna. Kemarin, kita dapat menyimpan rejeki kita, sekarang kita harus mengeluarkan tabungan kita. Inilah hidup. Waktu berjalan terus dan berbagai macam peristiwa harus kita hadapi. Kita tidak dapat memilih peristiwa mana dan masalah apa yang akan kita hadapi. Yang dapat kita lakukan adalah memilih respon kita terhadap masalah yang terjadi.
    Dari bacaan Firman Tuhan malam hari ini, kepada kita diperhadapkan dengan respon yang diberikan istri Ayub dan respon Ayub. Ayub mengalami peristiwa yang sangat memilukan. Harta dan anak-anaknya, hilang dalam waktu yang singkat. Tidak hanya itu, Ayub didera penyakit yang parah sehingga dia harus tinggal di dekat pembuangan sampah. Dalam situasi yang seperti ini, istri Ayub memberikan respon yang mendukakan hati. Istri Ayub merasa kesalehan Ayub tidak ada artinya dan Allah tidak memperdulikan kesalehan Ayub. Istri Ayub mengganggap Ayub tidak punya masa depan lagi. Namun respon Ayub berbeda dengan respon istrinya. Walaupun dia yang langsung mengalami sakit fisik, namun pikiran Ayub tetap bersandar kepada Allah. Ayub merespon penderitaannya dengan tetap mengingat kuasa Allah. Dia tidak menyalahkan Allah. “Ibas si e kerina, aminna gia Jop ibas kiniseran, la lit ibelaskenna cakap si la mehuli kerna Dibata”.
    Demikian juga dalam perjalanan kehidupan ini, berbagai macam persoalan hidup yang harus kita hadapi. Belajar dari keluarga Ayub, hendaklah kata-kata kita dalam merespon persoalan janganlah melemahkan dan mendukakan anggota keluarga kita. Tidak menyalahkan anggota keluarga yang lain, tetapi saling menguatkan. Dapat memahami dan merasakan apa yang dipikirkan dan dirasakan setiap anggota keluarga. Bersama-sama, sebagai satu keluarga, tetaplah dapat melihat kuasa Allah dalam segala peristiwa kehidupan ini. Amin.
  4. Berdoa setelah Renungan
  5. Rende KEE GBKP No. 275:1
    1. Kam Tuhan sekawalku, la lit kebiarenku. Amin gulut ukurku, ernalem tetap baNdu. Galumbang si merawa jadi ibas geluhku. Lalap aku erpengendes, sabab Kam kap bentengku.
  6. Pertoton Syafaat dan Pertoton Tuhan.

Pdd. Tanda Pinem

GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *