- Rende KEE GBKP No. 264:1,2
- Ateku tedeh man baNdu o Tuhan, malem me ateku jumpa si erkuasa. Aku megegeh di ras Kam o Tuhan, sabab Kam me kapen ulu sinasana. Kubegi KataNdu, kata si tuhu-tuhu, keke me ukurku nehken peratenNdu.
- Terang kataNdu, nerangi pusuhku. Pusuh jadi senang, ergiah ukurku. Gegeh si mbaru, berekenNdu bangku. Labo aku talu, meriah ukurku. Kubegi KataNdu …
- Ertoto
- Ngoge Kata Dibata Roma 14 : 19.
“ Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.”
Renungan
Warga Soerang Maros mempertahankan tradisi gotong royong pindah rumah”. Rumah yang begitu besar dapat dipindahkan karena adanya kerukunan di antara masyarakat yang ada. Kerukunan merupakan modal dalam menghadapi tantangan hidup. Kerukunan juga yang dibutuhkan dalam kehidupan bersama di dalam jemaat.
Walaupun kita hidup dalam kebersamaan di dalam satu jemaat, konflik selalu saja ada. Salah satu penyebab konflik adalah adanya perbedaan dalam hidup kita. Kita memiliki perbedaan dalam hal latar belakang kehidupan, cara berpikir, dan yang kita anggap penting. Oleh karena itu, konflik dapat saja terjadi dalam kehidupan bersama. Jangankan dalam kehidupan bersama, dalam kehidupan batiniah kita sendiri, kita sering kali mengalami konflik batin. Namun demikian, bukan berarti kita membiasakan diri berkonflik, membiarkan konflik sebab “bage kin biakku” atau mencari cari konflik (ibas ribut e kin datna keriahen). Justru sebaliknya, Firman Tuhan ini mengingatkan kita untuk berusaha mendatangkan kerukunan. Hal itu berarti, terlebih dahulu ada perjuangan dalam diri kita sendiri untuk menguasai atau mengendalikan diri kita sendiri. Ada pembaharuan dalam diri kita dalam melihat dan memaknai setiap persoalan hidup kita. Di dalam setiap persoalan yang ada kita dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Seperti tertulis dalam Roma 12 : 2, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Artinya, kita tidak membiarkan “naluri konflik” itu menguasai kita. Kita mampu mengendalikan naluri konflik. Sebaliknya, naluri kita adalah naluri kerukunan. Dengan telah adanya naluri kerukunan itu, maka selanjutnya kita memeriksa sumber daya, akal, kemampuan yang kita miliki dan kita berusaha sekuat tenaga memakainya untuk mendatangkan kerukunan di dalam jemaat Tuhan.
Di dalam kerukunanlah maka kita dapat saling membangun. Artinya, akal, kemampuan dan energi kita janganlah habis hanya untuk terus menerus mendamaikan, merukunkan orang-orang berkonflik sehingga kita tidak bisa membangun. Ada tujuan lain yang harus kita kejar dalam persekutuan jemaat. Jemaat yang hidup dengan saling menopang iman, akan membuat jemaat itu kuat dalam menghadapi tantangan hidup ini. Jemaat yang yang saling membangun akan mampu bersaksi bagi dunia ini. Tuhan menuntun kita untuk mengejar damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun. Amin.
- Ertoto kenca renungen
- Rende KEE GBKP No. 271:1,3
- I doni “nda mbue kesusahen, bage pe lit ka nge perubaten, reh lah min kinirajanNdu. I Gereja si arus ersada, maka tangkas keg’luhen si mbaru, reh lah min kinirajanNdu. Reh lah min, reh lah min, reh lah min kinirajanNdu.
- Bas pusuh, kata ras perbahanen, kekelengen rasp e kebenaren. Reh lah min kinirajanNdu. Kam me kapen si mada si nasa, ibas Kristus bangsaNdu ersembah, reh lah min kinirajanNdu. Reh lah min …
- Pertoton syafaat ras pertoton Tuhan.
Pdt. Tanda Pinem
GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan