- Rende KEE GBKP No. 424:1,3.
- Ipuji kami Kam Dibata si mbelin, alu ende enden si meriah. Suari ras berngi kawali kami min, segelah la celus bas percubaan. Sangap kap kalak si ‘rnalem baNdu e, daten tuah ras kesangapen pe.
- O kam si latih ras si maba beraten, dahi Bapa ib’reNa pengadin. Bas kesusahen kam pegegehiNa pe. Ras Yesus Tuhanta la kam bene. Sangap kap kalak …
- Ertoto
- Ngoge Kata Dibata 2 Korintus 7 : 5 – 6.
Bahkan ketika kami tiba di Makedonia, kami tidak beroleh ketenangan bagi tubuh kami. Di mana-mana kami mengalami kesusahan: dari luar pertengkaran dan dari dalam ketakutan. Tetapi Allah, yang menghiburkan orang yang rendah hati, telah menghiburkan kami dengan kedatangan Titus.
Renungen
Sekitar tahun 1981 muncul istilah generasi sandwich. Istilah ini merujuk kepada situasi terhimpitnya kehidupan seseorang di antara generasi orang tua dan generasi anak. Orang ini harus memenuhi kebutuhan ekonomi orang tuanya dan juga memenuhi kehidupan ekonomi anak-anaknya. Dalam situasi kita saat ini, kita merasakan himpitan yang berasal dari segala arah. Kekhawatiran tentang kehidupan ekonomi kita, kesehatan kita, hubungan sosial kita, pikiran, perasaan dan kehidupan rohani kita menghimpit perjuangan hidup kita. Lalu bagaimana kita menghadapinya ?
Pengalaman himpitan di mana – mana juga dapat kita lihat dalam pelayanan Paulus. Paulus merasakan himpitan baik dari luar maupun dari dalam. Salah persepsi orang tentang pelayanan Paulus, yang telah menyebabkan terjadinya pertengkaran, membuat himpitan yang kuat bagi Paulus. Paulus menuliskan pengalaman dalam 2 Korintus 4:7-10, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami”. Paulus juga merasa tidak tenang ketika memikirkan keselamatan Titus yang terpisah pelayanannya dengan Paulus. Di katakan Paulus dalam 2 Korintus 2:12-13, “Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana. Tetapi hatiku tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudaraku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia.” Inilah himpitan hidup yang dirasakan Paulus dalam pelayanannya. Namun demikian, di balik himpitan itu, Paulus merasakan penghiburan Allah. Paulus merasakan penghiburan Allah dengan kedatangan Titus. Di tengah – tengah himpitan itu tetap ada penghiburan yang diberikan Allah.
Dari pengalaman Paulus ini, kita juga meyakini bahwa Allah tetap memberikan penghiburan di tengah-tengah himpitan hidup ini. Oleh karena itu, kita harus terus berjuang menjalani kehidupan kita. Kita berjuang sambil terus menaruh kepercayaan kita kepada kuasa Allah. Ini juga yang dilakukan Daud ketika menghadapi tekanan dari rakyat Ziklag yang kota mereka telah habis dibakar tentara Amalek. Dikatakan dalam I Samuel 30:6, “Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.”
Kita menaruh kepercayaan kita kepada Allah, bahwa Allah tetap memberikan penghiburan di tengah-tengah himpitan hidup ini. Mari kita persiapkan tubuh, roh, jiwa, pikiran dan perasaan kita untuk beribadah kepada Allah. Melalui ibadah minggu esok hari, kita letakkan keyakinan dan pengharapan kita kepada penghiburan Allah. Amin. - Ertoto kenca renungen
- Rende KEE GBKP No. 249:1,4.
- Ajar aku o Tuhanku, make kata ras pedahNdu. Kueteh payo ras sentudu, kuikutken bas geluhku. Singikut pedah Dibata daten me kerembakenNa. Pedah kata tangkas k’rina em jadi gelementa.
- Kalak si tegu Dibata em si lembab kin ukurna. Man si nembah rusur baNa, ukum ajarkenNa banta. Singikut pedah Dibata …
- Pertoton syafaat ras pertoton Tuhan.
Pdt. Tanda Pinem
GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan