Renungan Malam 28 Juni 2020

  1. Rende KEE GBKP No. 451:1,2.
    1. Malerlah pasu-pasuNdu, bagi ni padankenNdu. Gegeh ras ukur si paguh tetap ib’rekenNdu. Pasu-pasuNdu em ulu gegeh kami. Enggo kap maler me tuhu si ‘ndemi geluh kami.
    2. Malerlah pasu-pasuNdu g’luh kami jadi mbaru. Sorana bagi lau maler mpeteneng ukur kami. Pasu-pasuNdu em ulu gegeh kami. Enggo kap maler me tuhu si ‘ndemi geluh kami.
  2. Ertoto
  3. Pengogen Kata Dibata Mazmur 12:7
    “ Padan TUHAN terteki kap sabab tulen bali ras pirak si nggo pitu kali iane ”.
    Renungen
    Ibas sada penggejapenna Ayub ngerana nina, “Apakah kekuatanku, sehingga aku sanggup bertahan, dan apakah masa depanku, sehingga aku harus bersabar? Apakah kekuatanku seperti kekuatan batu? Apakah tubuhku dari tembaga?” Penderitaan yang dialami Ayub sungguh luar biasa. Karena beratnya penderitaannya, Ayub sudah mempertanyakan kemampuannya untuk bertahan. Apakah tubuhnya masih kuat untuk menahankan beratnya penderitannya ? Tidak hanya tubuhnya yang dia rasakan tidak kuat lagi, tetapi dia juga sudah merasakan bahwa tidak ada lagi masa depannya. Dia tidak lagi melihat adanya pemulihan terhadap keadaannya sehingga untuk apa lagi bersabar menunggu masa depannya.
    Masing-masing kita juga punya pengalaman penderitaan. Dan tiap-tiap kita, mungkin merasa penderitaan kita yang paling berat. Namun, dalam penderitaan itu apakah kita tetap meyakini janji Tuhan ?
    Dalam Mazmur 12 ini, Daud menghadapi situasi di mana orang-orang benar sudah habis (1) sedangkan orang-orang jahat sudah merajalela (8). Orang-orang menyombongkan mulutnya dan mengganggap bahwa dengan mulutnya mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan (5). Dalam situasi seperti ini, di mana kejahatan sudah merajalela, Daud tetap punya pengharapan bahwa Kuasa Tuhan akan membungkan mulut yang congkak itu. Daud percaya Tuhan melihat penderitaan orang miskin dan yang tertindas dan memberikan ketenangan kepada yang miskin dan tertindas. Daud meyakini bahwa Tuhan akan melakukan pemulihan itu. Daud yakin karena dalam pengalamannya dia sudah berulangkali menyaksikan bagaimana Allah senantiasa menepati janjinya. Daud mengungkapnya, “bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan…”.
    Pengalaman hidup kita juga mengatakan bahwa sejak dari kita dapat mengingat dan merasakan, Kuasa Tuhan-lah yang menopang hidup kita. Berbagai situasi sudah kita lalui di mana Kasih Allah nyata dalam hidup kita. Namun, di saat kesulitan hidup melanda kita, bisa jadi hati dan pikiran terfokus kepada kesulitan itu. Kita lebih memikirkan hal-hal buruk yang dapat terjadi sebagai akibat kesulitan itu. Kita sulit mengingat dan meyakini pertolongan Allah dalam hidup kita. Dalam situasi yang seperti ini, nyanyian Daud meneguhkan kita untuk percaya bahwa janji Allah tetap dapat diharapkan. Syair Lagu Pelengkap Kidung Jemaat 164, “Jalan hidup tak selalu tanpa kabut yang pekat, namun Kasih Tuhan nyata pada waktu yang tepat. Mungkin langit tak terlihat oleh awan yang tebal, diatasnyalah membusur p’langi kasih yang kekal. Habis hujan tampak p’langi, bagai kasih yang teguh. Dibalik duka menanti p’langi kasih Tuhanmu”. Amin.
  4. Ertoto
  5. Rende KEE GBKP No. 414:1,2
    1. ‘Ndiko ulina padan Tuhan e, nandangi k’rina isi jabu pe. Sangap kal jabu si malang baNdu, si nggeluh ngikutken perentahNdu. Kam Dibata si ngkelengi tetap, pasu-pasuNdu simpar tetap.
    2. ‘Ndiko ulina padan Tuhan e, nandangi k’rina isi jabu e. Sialoken ulih kelatihenta, mehuli me si kerajangenta. Kam Dibata si ngkelengi tetap, pasu-pasuNdu simpar tetap.
  6. Pertoton Syafaat ras Pertoton Tuhan.

Pdt. Tanda Pinem

GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *