Renungan Malam 29 Oktober 2020

  1. Rende KEE GBKP No. 324:1,2.
    1. Tuhan kap penalemenku, Ia sinjayam geluhku. Ia kap pe sekawalku, la nggo kekurangen aku. Tuhan si mada sinasana, Tuhan saja si pehaga. Muliakenlah gelarNa, mari puji sembah Ia.
    2. Kune jumpa si mesera, kiniteken labo pera. Tetap aku isampatiNa, k’leng ateNa la erleka. Tuhan si mada sinasana…
  2. Ertoto
  3. Ngoge Kata Dibata 2 Samuel 16 : 12 – 13.
    “ Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.” Demikianlah Daud melanjutkan perjalanannya dengan orang-orangnya, sedang Simei berjalan terus di lereng gunung bertentangan dengan dia dan sambil berjalan ia mengutuk, melemparinya dengan batu dan menimbulkan debu.”

Renungan

Salah satu yang berpengaruh dalam perjuangan hidup kita adalah tanggapan dan perkataan orang lain kepada kita. Kita mengharapkan dapat mendengarkan kata-kata positif, kata-kata motivasi dan kata-kata yang menghibur dari orang. Kata-kata ini tentunya memberikan sukacita, semangat dan kekuatan untuk menjalani kehidupan kita. Tetapi, masalahnya kita tidak selalu mendengar kata-kata positif, kata-kata motivasi dan kata-kata yang menghibur dari mulut orang lain. Kita juga sering mendengar dan merasakan kata-kata negatif, kata-kata melemahkan dan kata kata yang mendukakan hati dan pikiran kita. Sungguh, kita tidak dapat mengatur apa tanggapan dan perkataan orang lain kepada kita, yang dapat kita kelola adalah bagaimana kita menanggapi perkataan orang lain itu. Inilah yang dapat kita pelajari dari pengalaman Daud ini.
Dalam 2 Samuel 16 ini, kita membaca kisah perjalanan Daud beserta rombongannya. Setelah Daud melarikan diri dari istana kerena pemberontakan Absalom, anaknya, tibalah Daud pada suatu daerah. Dikatakan dalam 2 Samuel 16 : 5-8, “Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk. Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya. Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: “Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah.”
Mendengar kata-kata kutukan itu, Abisai, salah seorang prajurit raja Daud meminta ijin untuk membalas perbuatan Simei ini. Dalam hal ini Daud melarang Abisai membalas kata-kata kutukan Simei itu. Malah sebaliknya, Daud mengatakan, “Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: “Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian.” Daud menganggap bisa jadi kutuk yang dikatakan Simei merupakan penjelasan dari Tuhan tentang apa yang telah dilakukan Daud dalam hidupnya. Terlebih, Daud merasa bahwa kebaikan Tuhan akan melingkupinya sebagi ganti kutuk yang dikatakan Simei. Daud meyakini Tuhan itu maha adil, sehingga Tuhan memperhatikan kesengsaraanya, melindungi dan memelihara hidupnya yang dikutuki Simei.
Dari pengalaman Daud ini, kita dapat belajar untuk tidak perlu membalas caci maki dengan caci maki, kutuk dengan kutuk. Tetapi mempercayakannya kepada keadilan Allah. Allah Maha Adil yang memelihara hidup kita, dengan mengantikan kutuk itu menjadi berkat kebaikan dalam hidup kita. Kita memohon kepada Allah agar diberikan kemampuan menguasi emosi dan pikiran kita, sehingga kita mampu bersabar, tenang dan tetap memikirkan yang terbaik dalam hidup kita. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.

  1. Ertoto kenca renungen.
  2. Rende KEE GBKP No. 388:1,3
    1. Tupung tayang aku nginget Kam, gedang berngi ‘ku ukuri Kam. Sabab Kam si nampati aku, o Dibata tedeh ‘teku Kam. O Dibata Kam kap Dibatangku, kudahi tedeh ateku Kam. Mesikel aku nandangi Kam, desken taneh si enggo kerah. Bage me muasna tendingku, man baNdu Tuhan Dibatangku.
    2. Nteguh cikep tanku o Tuhan, teneng ukurku adi ras Kam. La mbiar jumpa percubaan, malem ate ‘di rembak ras Kam. O Dibata, Kam kap Dibatangku …
  3. Pertoton syafaat ras pertoton Tuhan.

Pdt. Tanda Pinem

GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *