Renungan Malam 30 Juni 2020

  1. Rende KEE GBKP No. 290:1,2
    1. Labo erkiteken beluhku. Labo erkiteken pentarku. Tapi perbahan penampatndu. Mbelin tergejap bas geluhku.
    2. Labo erkiteken dahinku. Labo erkiteken pangkatku. Tapi perbahan perkuahNdu. Malem ateku tuhu-tuhu.
  2. Ertoto
  3. Pengogen Kata Dibata Pengerana 9:11
    “ Lit denga si kuidah i bas doni enda eme : i bas perlumbaan labo lalap si meter kiam si menang, i bas pertempuren labo lalap kalak si megegeh si menang. Labo kalak pentar lalap si jumpa pencarin, janah labo kalak cerdik rusur ndatken kebayaken. Bage pe labo kalak si mbages pemetehna si terberita. Tapi kerina nge kalak banci kena sial”.
    Renungen
    Sepertinya tidak ada manusia yang menginginkan kegagalan. Manusia berusaha mendapatkan keberhasilan dalam hidupnya. Manusia membuat perhitungan sebaik mungkin dan berhati-hati dalam mengambil keputusan. Namun sehebat apa pun perhitungan dan kehati-hatian manusia, kegagalan dapat saja terjadi. Ada saja fakto-faktor di luar jangkau perkiraan manusia yang mengakibatkan kegagalan dalam hidup ini. Misalnya, pandemi covid-19 yang terjadi saat ini, benar-benar di luar jangkauan perkiraan kita. Rencana-rencana yang telah kita perhitungkan, keputusan-keputusan yang kita buat dengaan hati-hati, ternyata tidak dapat mencegah berantakannya pekerjaan kita. Inilah yang diungkapkan dalam Kitab Pengkotbah 9:11.
    Bacaan kita malam ini memperlihatkan salah satu kenyataan hidup. Kita tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi pada masa depan hidup kita. Kita tidak dapat memastikan apa yang akan kita dapatkan dengan mengandalkan kecepatan, kekuatan, kepintaran, hikmat, kecerdasan dan cerdik. Jangkauan otak kita tidak dapat menghitung semua hal yang turut berproses dalam hidup kita. Kita tidak tahu kapan waktunya kita akan mengalami kegagalan. Ada banyak bahaya yang mengancam dan mengagalkan usaha kita. Jika demikian keadaannya, lalu bagaimana lagi kita menjalani hidup ini ?
    Sepintas apa yang dinyatakan dalam bacaan ini dapat saja membuat kita pesimis dalam hidup ini. Kita bertanya, untuk apa kita mengusahakan kecepatan, kekuatan, kepintaran, hikmat, kecerdasan dan cerdik, kalau ternyata kita bisa juga gagal. Apa yang diungkapkan Pengkotbah ini bukannya untuk membuat kita pesimis. Pernyataan membuat kita sadar bahwa manusia adalah mahkluk yang terbatas. Manusia bisa saja gagal dalam hidupnya. Jika kita telah mengerahkan kecepatan, kekuatan, kepintaran, hikmat, kecerdasan dan cerdik, namun kita tetap mengalami kegagalan, inilah kenyataan bahwa manusia makhluk terbatas. Kenyataan ini, justru membuat kita harus memiliki “tempat aman” bila semua itu terjadi. “Tempat” yang dapat membuat kita menerima kenyataan bahwa kita mengalami kegagalan namun kita tetap memiliki semangat untuk terus berjuang dalam hidup ini. Tempat itu adalah persekutuan dengan Allah. Dengan persekutuan dengan Allah kita mampu berserah diri dan menerima kenyataan ini. Persekutuan dengan Allah memberi pengharapan baru bagi kita, bahwa ada kuasa Allah yang tetap bertindak dalam hidup kita. Amin.
  4. Ertoto
  5. Rende KEE GBKP No. 334:1
    1. Tuhan kap si empuna geluhta, gegehta Ia si merekenca. Kiniteken pe ras pemetehta, e pe Ia si njujurkenca. Ia ka psi erbanca kita sangap, tetaplah man ia kita ngarap. ‘Di reh susah b’rena dalan pulah, tendi kula mejuah-juah.
    2. Dage tetaplah bulat ukurta. Geluhta pe lalap min erguna. Lagu langkah pe la sia-sia. Gelar Tuhanlah ermulia. Adi jumpa kita si mesera, pengarapen ula kel min pera. Kune riah ukur kita jumpa, nehken bujur ula kel lupa.
  6. Pertoton Syafaat ras Pertoton Tuhan.

Pdt. Tanda Pinem

GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *