- Rende KEE GBKP No. 385:1,3.
- Kam me o Tuhan pematang g’luhku, Kam empuna tendingku. Tedeh ateku sikel ukurku rembak tetap min ras Kam. RembakkenNdu aku ku kayu persilangNdu. RembakNdu aku, rembakkenNdulah ku lebeNdu o Tuhan.
- Seh kal senangna seh kal riahna rembak ras Kam o Bapa, sanga ertoto entah ersembah ukur pusuh ermegah. RembakkenNdu aku …
- Ertoto
- Ngoge Kata Dibata Mazmur 28 : 2
“Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepada-Mu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke arah tempat-Mu yang maha kudus.”
Renungan
Kita tidak dapat memilih-milih atau menentukan permasalahan hidup apa yang boleh datang ke dalam kehidupan kita. Ya, memang masalah itu datang tanpa permisi dahulu atau tidak menanyakan kesediaan kita dalam menyambut kedatangannya. Dan rasanya setiap permasalahan itu datang pada waktu yang tidak tepat. Namun demikian, yang terpenting adalah respon kita atau bagaimana kita menghadapi permasalahan itu.
Dalam bacaan renungan malam hari ini, kita dapat belajar tentang respon Daud terhadap permasalahan yang dia hadapi. Daud mengakui bahwa dirinya sedang mengalami permasalahan berat. “Dari Daud. Kepada-Mu, ya TUHAN, gunung batuku, aku berseru, janganlah berdiam diri terhadap aku, sebab, jika Engkau tetap membisu terhadap aku, aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur” (Mazmur 28:1)
Dalam situasi ini, Daud tidak hilang kepercayaannya. Dia tetap mempercayai kuasa Allah mampu menyelamatkan dirinya. Oleh karena itu, Daud berseru kepada Tuhan dan mengangkat tangannya memohon belas kasihan Tuhan Allah. Inilah yang dilakukan Daud dalam menghadapi permasalahan berat yang mengancam nyawanya.
Dalam Mazmur 28 ini, kita juga melihat pengakuan Daud. “Terpujilah TUHAN, karena Ia telah mendengar suara permohonanku. TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.” (Mazmur 28:6-7)
Dari pengalaman Daud ini, kita dapat memahami bahwa terkadang jalan terbaik yang harus kita lakukan adalah berseru kepada Tuhan. Kita menyadari bahwa akal, keahlian, kemampuan kita terbatas dan tidak mampu lagi membebaskan kita. Akal, keahlian dan kemampuan kita memang terbatas, namun demikian, kita percaya kuasa Allah yang tidak terbatas. Iman percaya kita-lah modal terbesar dalam hidup kita.
Pengalaman kita sendiri mengatakan, bahwa sudah berulang kali kita heran akan kuasa Allah. Kita sendiri sudah merasa kehilangan akal, keahlian dan kemampuan kita menghadapi permasalahan hidup kita. Kita hanya tahu berseru, berharap dan berdoa kepada Allah. Dalam situasi ini kita merasakan ada saja jalan terbuka yang membuat kita mampu dan memperoleh hasil terbaik yang diluar jangkauan akal kita. Kita mempercayai bahwa Allah-lah yang memberikan kemampuan dan hasil terbaik bagi kita.
Dari pengalaman ini, kita dapat belajar untuk meneguhkan iman percaya kita. Dalam permasalahan kita, kita berseru kepada Allah. Kita mempercayai Allah mendengar seruan kita dan memberkati kehidupan kita. Pengalaman ini juga menjadi motivasi bagi kita untuk menaikkan pujian syukur kita kepada Allah.
Kita persiapkan tubuh, roh, jiwa, hati dan pikiran kita untuk menaikkan pujian syukur kita melalui ibadah minggu kita. Melalui pujian dan penyembahan, kita terus menerus mengingat kuasa Allah ini dan meneguhkan iman percaya kita untuk berseru kepada Allah. Tuhan Yesus memberkati kita dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk ibadah penyembahan kita. Amin.
- Ertoto kenca renungen.
- Rende KEE GBKP No. 201:1,4.
- Malem ate tuhu-tuhu, si ernalem man baNdu. Kam Dibata sinjadiken langit ras doni enda. SalsaliNdu pusuh kami, maka t’rangndu tergejap. Kalak si tek la kap bene, ban kelengNdu e tetap.
- Aloken Kamlah o Bapa, kuendesken geluhku. KesahNdu min ngajarisa, lah kueteh nembah baNdu. Pasu – pasu min kerina, daging, ukur, tendingku. Gelah arah tan ras kata, ipujina gelarNdu.
- Pertoton syafaat ras pertoton Tuhan.
Pdt. Tanda Pinem
GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan