- Rende KEE GBKP No. 374:1,2.
- Yesus ulu kegeluhenku, Kam me ngenca pengendesenku. Lalap tedeh ate pusuhku, kupehaga Kam bas geluhku. O Tuhan pernehen pusuhku, si ertedeh ate man baNdu. Kugelem pedah ras padanNdu, kusembah Kam ibas geluhku.
- Ku sembah Tuhan Penebusku, si mereken kekelengenNa. Alu tutus reh aku Tuhan ras kerina isi jabungku. O Tuhan pernehen pusuhku, si ertedeh ate man baNdu. Kugelem pedah ras padanNdu, kusembah Kam ibas geluhku.
- Ertoto
- Ngoge Kata Dibata Ezra 9:9
“ Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok pelindung di Yehuda dan di Yerusalem.”
Renungan
Sering kita mendengar ungkapan “merutu si melinangna”. Ungkapan ini menunjukkan gambaran hidup tidak ada lagi yang baiknya, sudah buruk semuanya. Mungkin, kita pun pernah merasakan kehidupan kita tidak ada lagi yang baiknya, sudah buruk semuanya.
Hidup memang tidak lepas dari kesulitan hidup. Namun demikian, bukan berarti semuanya kesulitan. Tetap saja ada yang baik, yang melegakan hati dan pikiran kita. Hal itu tergantung bagaimana cara kita melihat dan memahami cerita kehidupan kita. Di tengah –tengah penderitaan hidup, kita tetap dapat melihat dan merasakan kasih Allah. Kita dapat belajar dari pengalaman Ezra.
Pada saat itu, bangsa Israel masih dalam perbudakan Babel. Bangsa Israel menyadari, keberadaan mereka sebagai bangsa buangan di Babel adalah tanda keadilan Allah. Mereka menyadari karena dosa-dosa merekalah maka mereka ada dalam pembuangan Babel. Namun demikian, mereka mengakui bahwa kasih setia Allah tidak meninggalkan mereka. Allah membuat mereka disayangi raja Persia. Sekelompok sisa orang Yahudi tetap dipelihara Allah dan dibawa kembali ke Yerusalem. Raja Persia mengijinkan mereka kembali ke Yehuda untuk membangun kembali Bait Suci di Yerusalem. Bangsa ini mengakui bahwa kebaikan Allah diperlihatkan Allah melalui kebaikan raja Persia.
Sebagai umat pilihan Allah, keberadaan mereka sebagai bangsa budak sungguh menyakitkan. Demikian juga, tanah Yehuda, tempat Biat Suci, tanah perjanjian kini menjadi tanah milik bangsa asing, yang tidak menyembah Allah, sungguh telah membuat mereka kehilangan status mereka sebagai umat Allah. Walaupun status mereka dan status Yerusalem masih dibawah kendali negara Persia, tetapi mereka menganggap kesempatan dapat kembali ke Yerusalem untuk memperbaiki Bait Suci Yerusalem merupakan keadaan yang melegakan. Demikianlah sekolompok orang Yahudi buangan ini tetap dapat melihat kebaikan Allah.
Sama halnya dalam kehidupan kita saat ini, tidaklah benar kalau kita mengatakan tidak ada lagi kebaikan. Semuanya sudah buruk. Tetap ada kebaikan Allah dalam kehidupan kita. Kebaikan itu dapat saja berupa adanya kesempatan bersama orang-orang terkasih, atau kesehatan kita, atau penghasilan kita, atau tetap adanya pekerjaan kita (lit ingan latih, lebih latih di kune lanai lit ingan latih) dan banyak hal lainnya. Yang penting adalah kemauan kita untuk melihat kasih Allah dalam kesulitan hidup kita.
Dengan cara memandang seperti inilah kita dapat mengucap syukur kepada Allah. Kita benar-benar dapat mengalami kebaikan Allah, ditengah-tengah kesulitan hidup ini. Ucapan syukur yang sungguh-sungguh muncul dari pengalaman kebaikan Allah dalam hidup kita. Bukan sekedar rutinitas ibadah Minggu. Kita lihat, kita pahami, kita rasakan dan kita ucapkan syukur dalam ibadah minggu kita. Kita persiapkan tubuh, roh, jiwa, hati dan pikiran kita untuk datang menyembah Allah melalui ibadah minggu kita.
Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.
- Ertoto kenca renungen.
- Rende KEE GBKP No. 321:1,3
- Si sembahlah min, Tuhan si mbelin, endekenlah min, enden-nden pujin. Tuhan Dibatanta ingan cicio, sembahlah Ia ola kita menggo.
- Seh kal ulina penjayamenNdu, terang ras gelap e nuduhkenca. Udan ras lego k’rina kap ndatkenca. Kuasa kekelengenNa mbelin tuhu.
- Pertoton syafaat ras pertoton Tuhan.
Pdt. Tanda Pinem
GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan