Renungan Malam 27 September 2020

  1. Rende KEE GBKP No. 196:1,4.
    1. Pujilah Dibata Bapa, pujilah man AnakNa. Pujilah Kesah Badia, Dibata telu sada. Haleluya, Haleluya ! Dibata telu sada.
    2. Puji alu ukur tutus, bulat dage ukurta. Tuhan si jadi Penebus, k’rina anak Dibata. Haleluya, Haleluya, k’rina anak Dibata.
  2. Ertoto
  3. Ngoge Kata Dibata Mazmur 88:2-3.
    “ Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau. Biarlah doaku datang ke hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku;”

Renungan

Kita akan memulai lagi perjalanan hidup kita dalam minggu ini. Kita memulai lagi segala aktivitas kehidupan kita. Bisa jadi yang lebih terbayang dalam diri kita adalah kesulitan-kesulitan hidup ini, ketimbang sukacita kita. Mengingat kerja keras saja sudah membuat kita jenuh, apalagi membayangkan bagaimana kita harus bekerja keras sambil dibayangi kekhawatiran akan protokol kesehatan kita. Hidup semakin terbeban karena di hari liburpun, kita tidak bisa kemana-mana melepas kejenuhan hari-hari kita. Lengkaplah rasanya beban yang harus kita pikul. Bagaimana kita menghadapi situasi ini ?
Dalam bacaan renungan malam ini, diperlihatkan kepada kita tindakan-tindakan Pemazmur. Pemazmur sendiri menyebut tindakannya, yaitu berseru-seru, menghadap dan berteriak. Dan hal itu dilakukannya siang dan malam. Hal ini menunjukkan bahwa pemazmur mengalami penderitaan yang berat. Dalam 4 ayat saja, mulai ayat 4-7, pemazmur menyebutkan 4 kali keadaannya sudah dekat dengan kematian. Demikianlah Pemazmur memang menghadapi penderitaan yang berat. Di dalam keadaan penderitaan ini, kita dapat melihat apa yang ada diri Pemazmur.
Di dalam penderitaannya, Pemazmur tetap memiliki keyakinan. Pemazmur tetap yakin bahwa Allah adalah penyelematnya. Pemazmur tetap yakin bahwa Allah tetap berkuasa atas situasi penderitaan yang dia hadapi. Pemazmur yakin Allah berkuasa untuk melepaskannya dari penderitaan itu.
Di dalam penderitaannya, Pemazmur memiliki “seseorang” sebagai tempat dia mengadukan semua penderitaannya. Dia berseru, menghadap dan berteriak. Seberat apapun penderitaannya, Pemazmur tidak memendam, menanggung sendirian penderitaan itu atau melupakan Allah. Pemazmur tetap datang kepada Allah untuk mengadukan penderitaannya siang dan malam. Artinya, mungkin pertolongan itu belum juga muncul, tetapi hal itu tidak membuat Pemazmur berhenti berseru, menghadap dan berteriak kepada Allah.
Hal ini jugalah yang harus kita miliki dan lakukan dalam menghadapi hari-hari kita di minggu ini. Kita tetap memiliki keyakinan akan kuasa Allah, memiliki tempat mengadukan semua penderitaan kita dan terus menerus berdoa kepada Allah. Perjuangan kita belum berakhir, masih panjang perjalanan yang harus kita tempuh dan banyak hal yang harus kita hadapi. Namun demikian, dengan tetap memiliki keyakinan, tempat mengadu dan berdoa terus menerus, kita dimampukan untuk menghadapi perjalanan hidup kita. Amin.

  1. Ertoto kenca renungen
  2. Rende KEE GBKP No. 331:1,2.
    1. Tegu aku anakNdu, ibas perdalan geluhku. ‘Di paksa aku labuh, ambatilah musuhku. Tegu aku, ibas perdalanenku. Kam me ngenca ku lebuh, cikepNdu tanku nteguh.
    2. Kam bentengku si paguh, gia musuhku ngupuh. Amin mara reh nderpa, la aku bera-bera. Tegu aku,..
  3. Pertoton syafaat ras pertoton Tuhan.

Pdt. Tanda Pinem

GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *