- Rende KEE GBKP No. 283:1,2.
- Kata ni Dibata bagi cirus udan. Nusur ku doni enda, peturah si nuan. O langit ras doni. Kam pe o pertibi, begiken pendiloNa, jadi erpemegi.
- Aloken tendingku kata ni Dibata. IA kap setia, adil perbahanNa. Benar me kap IA, padanNa pe tetap. Si ngikutken Ia, dame rasa lalap.
- Ertoto
- Pembacaan Firman Tuhan: Jakobus 3 : 9 – 11.
“Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?”
Renungan
Salah satu hal yang tersulit untuk dikendalikan manusia adalah mengendalikan lidahnya sendiri. Dengan memakai masker saja tidaklah cukup untuk mengendalikan lidah. Sebab lidah hanyalah tampilan luar, atau jalan keluar dari apa yang ada di hati dan pikiran kita. Bahkan terkadang, apa yang dikatakan lidah tidak singgah di pikiran kita terlebih dahulu. Lidah memiliki keinginannya sendiri, yang tidak sempat masuk ke terminal pikiran. Bahasa Karo sipasna emekap “la ngeranakan” artina ngerana alu la ngukurkenca lebe. Perjuangan pengendalian lidah inilah yang diingatkan dalam Surat Yakobus 3 :1-12 ini.
Dalam surat Yakobus 3 ini, Yakobus menyampaikan salah satu pengajaran moral bagi orang percaya, yaitu pengendalian lidah. Pada bagian awal, Yakobus memperlihatkan kuasa lidah itu. “Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.” (Yakobus 3:6) Berikutnya, Yakobus juga memperlihatkan sulitnya mengendalikan lidah manusia. Di dalam Yakobus 3:7-8, dikatakan, “Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.” Kita dapat mengatakannya bahwa begitu besar bahaya yang dapat dibawa lidah, dan begitu sulit untuk mengendalikannya. Yakobus menunjukkan bahwa orang yang sudah percaya saja, bisa jatuh dalam hal mengendalikan lidah. Bisa jadi orang percaya memakai lidahnya sebagai sarana berkat, tetapi juga memakai lidah untuk mengutuki. Dalam hal ini Yakobus mengingatkan agar hal ini tidak terjadi dalam kehidupan orang percaya.
Melalui pengajaran moral Yakobus ini, kita diingatkan untuk terus menerus mengendalikan lidah kita. Pengendalian lidah bukan peristiwa sekali sudah ditaklukan maka lidah itu akan selamanya terkendalikan. Perjuangan pengendalian lidah adalah perjuangan terus menerus. Kita harus memberi perhatian terus menerus kepada penggunaan lidah kita. Jangan lengah. Situasi pikiran yang berat dan suasana hati yang galau dapat saja membuat lidah kita mengatakan hal-hal yang menyakitkan dan mendukakan orang-orang yang kita kasihi. Terlebih dalam situasi dan suasana pandemi ini, kita diharapkan untuk semakin memperhatikan perkataan lidah kita. Oleh karena itu, kita terus menerus mengaliri kehidupan kita dengan sumber air tawar. Tuhan Yesus adalah sumber air kehidupan yang mengaliri kehidupan kita sehingga perkataan kita adalah berkat. KepadaNya kita berserah dan meneladani perkataan – perkataan Tuhan Yesus.
Tuhan Allah memberkati kita. Amin.
- Ertoto kenca renungen.
- Rende KEE GBKP No. 323:1,2.
- Sura-sura daging, lawanlah tetap, je di la kam talu, tambah gegehndu. Sura-sura jahat simbaklah tetap, ngaraplah man Yesus tentu kam menang. Pindo gegeh man Tuhan, gelah kam lalap paguh, ib’reNa kita menang, menahang ras senang.
- Tadingken si jahat, olangi dosa. Ukurndu meciho la ercinengga. Pake kebenaren nggeluh bas terang, ngaraplah man Yesus tentu kam menang. Pindo gegeh man Tuhan.
- Pertoton syafaat ras pertoton Tuhan.
Pdt. Tanda Pinem
GBKP Rg. Jl. Sei Batang Serangan